Minggu, 23 Juni 2013

059. Hukum Sholat Dengan Pakaian Najis Dalam Pandangan Fiqih

السلام عليكم ورحمة الله و بركاته







Oleh:
Mas Ghoffar Sudrajat
 Assalamu'alaikum wr wb
Saya mau bertanya ustadz, misalnya pergi keluar kota di tengah perjalan waktu sholat udah tiba sedangkan pakaian yang saya pakai mutanajjis apa saya harus sholat meski pakaian saya mutanajjis? monggo di jelaskan ustadz.

Jawaban:
Waalaikumussalam Wr Wb. Kepada saudara Salim@ yang dimulyakan Allah. Menanggapi pertanyaan yang saudara paparkan diatas kami menyimpulkan sebagai berikut:
(1). Bila seseorang tidak mendapati penutup aurat maka bershalatlah dengan telanjang dan tidak ada kewajiban mengulangi shalat baginya. Lain halnya dengan shalatnya orang yang sedang hadats dan orang yang dalam tubuhnya terkena najis, maka masing-masing darinya diwajibkan shalat karena untuk menghormati waktu dan wajib mengulangi shalatnya.
(2). Namun jika pakian yang terkena najis hanya sedikit seperti halnya darah nyamuk atau terkena mimisan, maka hokum darah yang demikian tidak termasuk pembahasan diatas dalam kata lain darah tersebut dimaafkan.


Dasar Pengambilan:
ولو محبوسا في موضع نجس، ومعه ثوب لا يكفي العورة، وستر النجاسة، فقولان. أظهرهما: يبسطه على النجاسة، ويصلي عاريا، ولا إعادة. والثاني: يصلي فيه على النجاسة، ويعيد.(1)* روضة الطالبين.جز 1. ص 393
Dasar Pengambilan:
: ﻓﺎﻗﺪ ﺍﻟﻄﻬﻮﺭﻳﻦ ﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻟﻢ ﻳﺠﺪ ﻣﺎﺀ ﻭﻻ ﺻﻌﻴﺪﺍ ﻳﺘﻴﻤﻢ ﺑﻪ ، ﻛﺄﻥ ﺣﺒﺲ ﻓﻲ ﻣﻜﺎﻥ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻪ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻨﻬﻤﺎ ، ﺃﻭ ﻓﻲ ﻣﻮﺿﻊ ﻧﺠﺲ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﻳﺘﻴﻤﻢ ﺑﻪ ، ﻭﻛﺎﻥ ﻣﺤﺘﺎﺟﺎ ﻟﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﺬﻱ ﻣﻌﻪ ﻟﻌﻄﺶ ، ﻭﻛﺎﻟﻤﺼﻠﻮﺏ ﻭﺭﺍﻛﺐ ﺳﻔﻴﻨﺔ ﻻ ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺎﺀ ، ﻭﻛﻤﻦ ﻻ ﻳﺴﺘﻄﻴﻊ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻭﻻ ﺍﻟﺘﻴﻤﻢ ﻟﻤﺮﺽ ﻭﻧﺤﻮﻩ .ﻓﺬﻫﺐ ﺟﻤﻬﻮﺭ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﺻﻼﺓ ﻓﺎﻗﺪ ﺍﻟﻄﻬﻮﺭﻳﻦ ﻭﺍﺟﺒﺔ ﻟﺤﺮﻣﺔ ﺍﻟﻮﻗﺖ ﻭﻻ ﺗﺴﻘﻂ ﻋﻨﻪ ﻣﻊ ﻭﺟﻮﺏ ﺇﻋﺎﺩﺗﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ، ﻭﻻ ﺗﺠﺐ ﺇﻋﺎﺩﺗﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ ، ﺃﻣﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻨﻪ ﺳﺎﻗﻄﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻌﺘﻤﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺃﺩﺍﺀ ﻭﻗﻀﺎﺀ. (2)* الموسوعة الفقهية . جز 14. ص 273

Orang yang tidak mendapati sarana untuk bersuci baik berupa air atau debu seperti saat ia dipenjara dan tidak mendapati salah satu dari keduanya, atau ditempat najis yang tidak ia dapatkan debu untuk bersuci sementara air yang ada dibutuhkan untuk dahaganya orang yang bersamanya, orang yang sedang disalib atau berada diperahu yang tidak dapat meraih air dan seperti orang sakit yang tidak mampu menjalani
wudhu atau tayammum sebab sakit atau semacamnya, maka mayoritas ulama mewajibkan hukum shalat baginya sekedar penghormatan terhadap waktu, hokum kewajiban shalat tidak semata-mata gugur baginya namun baginya wajib mengulangi shalat yang ia kerjakan dalam kondisi demikian menurut kalangan Hanafiyyah dan Syafi’iyyah, sedang menurut kalangan hanabilah tidak wajib mengulangi shalatnya.Menurut pendapat yang mu’tamad (dapat dijadikan pegangan) dikalangan Malikiyyah seseorang yang dalam kondisi diatas shalatnya gugur dan dalam pendapat lainnya wajib menjalani dan mengqadhainya.Al-Mausuuah al- Fiqhiyyah 14/273

Dasar Pengambilan:
وَإِنْ لَمْ يَجِدْ مَوْضِعًا طَاهِرًا وَلَا بِسَاطًا طَاهِرًا صَلَّى لِحُرْمَةِ الْوَقْتِ. (3)*
Barangsiapa tidak mendapati tempat yang suci atau tikar yang suci maka shalatlah sekedar menghormati waktu.
Referensi Kitab:
(1)*. Raidhotu Tholibin. Juz 1. Hal 173.
(2)*. Al_Maushu'ah Al_Fiqhiyah. Juz 14. Hal 273.
(3)*. Al_Haawi Al_Kabir. Juz 1. Hal 518.


Link Asal:


والسلام عليكم ورحمة الله و بركاته

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template